Aku nggak akan pernah
melupakan tanggal dimana aku begitu takut mati. Iya, aku merasa di tanggal itu
segala kegiatanku berbau kematian. Tanggal 11 Februari 2015, hari dimana aku
merasa bimbang untuk pulang ke rumah atau tidak. Inilah runtutan intaian bau
kematian yang aku cium di tanggal itu.
1. Mimpi
Aku bermimpi mengendarai motor
sendirian (I have said, I always alone) dan tibalah aku di suatu tempat yang
sangat gelap. Sangat gelap. Namun, begitu aku sampai di tikungan aku melihat
papan Asmaul Husna 6 terakhir. Nama-nama Allah 6 yang terakhir adalah; Maha
Pemberi Petunjuk, Maha Tiada Tandingannya, Maha Kekal, Maha Pewaris, Maha
Pandai dan Maha Sabar. Entahlah aku tidak paham apa maksudnya, tapi aku tiba-tiba menjadi takut
sekali.
gambar diambil dari sini |
2. Linglung
Tiba-tiba aku ingin pergi, sudah
mandi sudah dandan tapi kemudian membatalkannya dengan alasan yang aku sendiri
tidak tahu. Tidak satu kali, tapi seharian itu berkali-kali aku seperti itu. Sempat
juga, tujuan awal ingin ke Perpustakaan tapi kemudian di tengah jalan aku
merubah arah pergi ke selatan.
3. Perkataan Temanku
Berhubung aku belum selesai skripsi,
alhasil aku masih harus membayar registrasi kuliah. Nah, sewaktu di Bank aku
bertemu sebagian teman (atau sebut saja, orang yang mengenal namaku) disitu aku
berkata, “semoga ini adalah kali terakhir kita bertemu disini.” Maksud aku
adalah Semoga semester depan kita sudah tidak membayar lagi. Lah dia malah
jawab, “Lho, kamu mau mati, Guh?” jadi merinding aku.
4. Bimbang
Sehabis Dzuhur aku bimbang, mau pulang
atau tidak ya. Kalau tidak pulang, Aku sudah bilang ke murid-murid kalau “kamis
ini” ada ulangan. Kalau pulang, aku kok takut ya. Akhirnya sekitar pukul 13.00
wib nan aku memutuskan pulang tanpa mandi, tanpa dandan terlebih dahulu. Cuma memakai
celana training dan jaket.
5. Situasi di
Perjalanan
a. Daerah Kendal,
anginnya luar biasa kencangnya. Aku ambil lajur kanan sampai terseret-seret ke
kiri. Begitu terus di kota Kendal, sampai aku ingin usul saja ganti slogan
Kendal Beribadat jadi Kendal Berangin. Sudah hujan, anginnya juga besar sekali.
b. Sampai di
Batang, ketika aku hendak menyalip truk hampiiirrr sekali aku tabrakan sama
mobil Kijang. Aku sampai merasakan sentuhan / hembusan semriwik angin dari
mobil itu. Jantungku seperti mau copot. Aku posisi sudah full-gas, eh truk nya
ngga mengurangi kecepatan dan mobil Kijangnya juga tidak mengurangi kecepatan. Padahal
aku sudah melaksanakan SOP ketika posisi menyalip, kecepatan tidak ragu-ragu
dan bunyikan klakson. Hufff, hampir.
c. Masih di daerah
Batang, aku hampir tersenggol truk yang tiba-tiba saja pindah lajur kiri. Untunglah,
si kernet truk itu sadar dan memberitahu si supir setelah aku bunyikan klakson
entah berapa puluh kali.
d. Pekalongan kota.
Kembali aku merasakan tiba-tiba ada hembusan angin kencang dari arah kanan. Hampir
saja aku menabrak ibu-ibu yang sedang bersepeda.
e. Brebes, tepatnya
depan Toyota Luwungragi, ketika sudah dekat sekali dengan rumahku. Aku menyalip
sebuah truk tronton dan sialnya aku melindas sebuah lubang yang kurang kerjaan
(karena berada di tengah-tengah jalan), lubang itu dalam dan lebar. Biasanya,
aku bisa mengendalikan situasi seperti itu, tapi tangan kananku lepas (bahasa
jawanya mlosnong) gitu. Tinggal tangan kiri yang memegang setang dan si setang
motorku bergerak tidak beraturan ke kanan dan ke kiri kira-kira sampai 4 kali
dalam waktu yang begitu cepat. yaAllah, waktu itu aku sudah pasrah
sepasrah-pasrahnya, jatuh dan terlindas tronton. Tapi, desshh,,,,,, tiba-tiba
si motor kerenku kembali tenang. Aku pun langsung memasang lampu riting ke kiri
dan menepi untuk sementara. Merenungi apa-apa saja yang terjadi seharian itu.
Aku ingat, kalau sebelum
berangkat pulang (berangkat apa pulang nih?) aku lupa melakukan ritual baca doa
Allahumma Antassalaam yang biasanya nggak lupa aku lakukan. Aku juga lupa do
the Rossi, yaitu mengajak ngomong si motor “Jangan jatuh, Jangan Nabrak dan
Jangan Ditabrak.” Apakah itu sebabnya? Entahlah, tapi menurut Pak Hadi, kalau
sudah rutin melakukan sesuatu jangan sampai melupakan hal rutin itu.
gambar motor Mio ku yang baik hati & Keren |
Misalnya, kamu biasa menggembok roda depan motormu di
parkiran supaya tidak hilang, lalu suatu hari kamu lupa melakukannya maka
resiko hilang akan lebih terbuka. yaAllah, Antassalam..... runtutan kejadian di
tanggal itu benar-benar membuatku takut. Semoga aku meninggal ketika sudah
membuat orang tuaku benar-benar bangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MINTA KOMENTARNYA, GAN :D