Adakah seseorang
di dunia ini yang merasa sama seperti Aku? Atau pernahkah kalian melihat
seorang yang seperti aku? Lho, emang aku seperti apa? Aku adalah All-alone
Creation, guys. Aku adalah sesosok makhluk, manusia dan...... hidup yang
apa-apa selalu sendiri. Pergi nonton sendirian, jalan-jalan sendirian,
mengerjakan PR sendiri, duduk di kafe sendirian, nonton stand up comedy
sendirian, ngerjain skripsi sendirian, foto-foto selfie sendirian, nonton bokep sendirian ... oke, aku
sudah melenceng. Deskripsi di bawah ini adalah penggambaran yang 97% akurat
tentang aku sendiri. Tentu saja tidak aku simpulkan secara seenak sendiri tapi
ada beberapa yang diambil dari pendapat sebagian orang yang mengaku mengenalku.
Gambar cowok sendirian. *dok pribadi |
Kata
salah satu guruku .... engga ding, tapi hampir semuanya, selalu berkata bahwa
manusia itu makhluk sosial, selalu butuh teman, selalu berkoloni, selalu
menggerombol. Kata orang-orang, setiap manusia yang hidup pasti setidaknya
memiliki satu teman di hidupnya. Setiap manusia yang hidup pasti memiliki
setidaknya satu orang yang selalu menemaninya. Iya, itu semua benar, tapi bagi
mereka saja ..... tidak untukku. Kalau tidak salah, aku pernah memposting
sebuat entry yang berjudul Manusia Anti-teori, nah teori bahwa setiap
manusia yang hidup memiliki temanpun mentah di tubuhku.
Entahlah,
nampaknya ada semacam kutukan yang menempel di tubuh ini. Sebab, sebaik apapun
yang aku lakukan pasti selalu salah di mata orang-orang. Percaya deh, aku
benar-benar nggak mempunyai teman, satu pun (apalagi pacar). Aku pun
bertanya-tanya, apa yang salah kenapa aku bisa tidak memiliki teman. Setelah berpikir
matang, ternyata yang salah adalah diriku sendiri, eksistensiku sendiri adalah
salah. Ngenes? Iya aku memang lagi mau mencurahkan kengenesanku. Aku juga
nggak lagi bercerita ke manusia, aku sedang bercerita ke blog yang aku anggap
hidup.
Inilah
alasan-alasan kenapa aku begitu tidak menarik bagi kalian. Check it out:
1. Fisikku
Apa yang salah dengan fisikku? Tidak ada. Semua anggota tubuh ada,
lengkap. Tapi begitu ada banyak manusia yang baru melihatku satu kali saja
sudah merasa enggan untuk berteman denganku. Banyak, banyak sekali terlalu
sering aku merasakan sulit berteman dengan orang-orang yang bahkan baru
melihatku. Entahlah, tapi memang begitu adanya. Jangankan berteman, untuk
sekedar menanggapi ngobrol pun enggan. Intinya, begitu pertama kali melihatku
langsung merasa jijik kali ya :D “Manusia yang tak dianggap manusia”
gambar cowok jelek banget *dok pribadi |
2.
Ekspektasi Vs Realita
Ini juga sering aku alami dan temui terhadap mengapa orang-orang
meninggalkanku. Pertama kenal, mereka pikir aku anak alim, sholih dan pinter
agama melihat aku adalah lulusan pondok pesantren. Terus, ketika aku menunjukkan
sisi bengalku entah itu dari sikap atau tutur kata, mereka langsung kecewa dan
pergi dari kehidupanku. Tanpa pernah kembali bertutur sapa lagi.
3.
Tidak Bisa Diatur
Jadi pernah, aku gabung ke segerombolan anak. Waktu itu, karena
bosan saja terus-terusan sendiri dan kebetulan mereka mengajakku gabung. Berhubung
di kelas aku sering bercanda-canda gitu, mereka pikir bisa dengan seenaknya
sendiri meluncurkan guyonan slapstik dengan objek utama aku. Dan mereka nggak
berhasil menertawakanku karena aku bisa dengan mudahnya bersikap tak acuh. Lalu
mereka jadi nggak mau mengajakku lagi. Kejadian seperti ini juga sering aku
alami.
4.
Tidak bisa diomongin
Nah ini yang paling buruk. Aku selalu kurang menghargai pendapat
orang (katanya). Padahal ekspresi wajahku ini atau kata-kata melalui
pesan singkat aku rasa wajar. Aku merasa tidak menunjukkan ketidakhormatan. Ketika
orang ngomongin aku, terus wajahku tidak menatap wajahnya, langsung deh aku
dihakimi tidak bisa menghargai. Padahal omongannya juga aku dengerin dengan
seksama. Entahlah.
5.
Terlalu mudah mengambil kesimpulan
Iya, aku memang suka berkata, “berarti” “berarti” “berarti” dan
walaupun seringnya benar, mereka tetap saja meninggalkanku. Alasannya personal
banget, “Aku nggak suka kalo kamu suka mengambil kesimpulan sendiri.”
6.
Miskin
Sudah jadi rahasia umum lah, cowok kaya pasti punya banyak teman. Teliti
saja sendiri. kalian boleh berkata, “iya kan mereka Cuma memanfaatkan
uangnya doang.” It’s ok. Mungkin itu benar, tapi tak apa guys. Aku malah
sangat ingin seperti itu. Bisa mentraktir orang jajan, makan, traktir konsumsi
nongkrong itu menyenangkan. Teman adalah kepentingan, lalu kepentingan apa yang
berhubungan dengan orang miskin?
7.
Bodoh dan Malas
Iya, aku bodoh sekali dan celakanya aku malas. Aku bukanlah Firsta
yang selalu ranking 1 dan selalu mendapatkan beasiswa. Seumur hidup, aku belum
pernah dapat beasiswa. Dan aku malas mencarinya. Bukan malas sembarang malas,
tapi malas yang sangat masyaAllah sekali. Aku adalah sosok makhluk yang sering
sekali berkata, “nanti aja lah.” Ngeselin banget engga sih? Dan asu nya, saking
malasnya, aku bisa menghabiskan 24 jam sehari ini dan 24 jam sehari berikutnya
dengan tidak melakukan apa-apa!! Luar biasa kan? Dari hal satu ini aku
kehilangan banyak orang; Setio Setiadji, Pak Maulana, Pak Kholiq, Mba Noorma
(wkwk), Ayahku, Ibuku, banyak .....banyak sekali. Kemalasanku mengakibatkan
orang-orang jadi malas sama aku. Baka.
8.
Terlalu Apa Adanya
Katanya, hidup paling enak itu kalau kita menjadi diri sendiri dan
inilah yang aku dapatkan. Karena aku terlalu jadi diri sendiri, terlalu apa
adanya inilah orang-orang jadi menjauhiku. Aku nggak bisa akting jadi orang
atau kepribadian lain. Aku ya, dimanapun, selalu seperti ini.
9.
Alasan yang Normatif
Inilah yang masih membuat aku bertanya-tanya. Mereka bilang, “Aku
terlalu baik” “Aku terlalu wah” “Aku terlalu berada di level atas mereka.” Itu sumpah
alasan meninggalkan yang asu dan seasu-asunya guys. Baik dari mananya
ketika banyak yang meninggalkanku justru dengan alasan bahwa aku nggak cukup
baik? Wah dari mana nya ketika hidupku justru penuh dengan
kengenesan? Kalau sudah begini aku mung iso ngomong jaaaancuk. *gaya nya
Bayu Skak*
Terakhir, alasan personal dari
mereka-mereka yang meninggalkanku adalah karena aku terlalu belagu dan sok. Padahal,
apa yang bisa aku belaguin? Apa yang bisa aku sok-kan? Hey, aku Cuma bercanda. Dan
sial, mereka benar-benar tidak bisa membedakan mana aku yang bercanda dan mana
aku yang serius. Aku memang nggak konsisten.
Oke, Seperti
biasa, aku cantumkan maksud dari entryku. Kali ini aku hanya sedang ingin
menginstropeksi diri sendiri sebelum orang lain (lagi) yang menilai aku. Dan aku
ngga mengharapkan kalian mengatakan sembilan poin itu karena aku sudah
mengatakannya. Apa yang aku harapkan dari kesepianku ini? Entahlah.......hidupku
memang hanya berputar soal meninggalkan dan ditinggalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MINTA KOMENTARNYA, GAN :D