Hidup sebagai
manusia itu, tidak bisa lepas dari yang namanya pelabelan atau
pengkotak-kotakkan. Selalu ada sebutan khusus untuk masing-masing golongan. Layaknya
blogger yang mencantumkan label yang
berbeda untuk masing-masing tulisan, kehidupan manusia pun lekat dan erat
sekali dengan pelabelan. Label yang membuat manusia terkotak-kotak dan
terpisah.
Label paling
kentara dan paling jelas tentu kuat kaitannya dengan status sosial. Dimana jarang sekali manusia kaya
berbaur dengan manusia berlabel miskin, dimana jarang sekali manusia berlabel
terhormat berbaur dengan manusia berlabel biasa atau bahkan gembel. Jelek-ganteng-cantik,
berpendidikan-bodoh, kelas
atas-menengah-bawah-bawah sekali, murah-sedang-mahal
dsb. Hal ini terlihat sekali di Negara kita Indonesia.
Pelabelan ini seringkali
menyusahkan orang untuk menjalin sebuah hubungan, entah itu hubungan
persahabatan, cinta atau sekedar pertemanan. Golongan kaya suka emoh untuk bergaul dengan golongan
miskin, cantik emoh dengan jelek dsb dsb. Maka dari itu, aku pribadi suka
sekali ketika melihat ada dua anak SMA, satunya tinggi-cakep, bercanda dengan
temannya yg kecil item juweleQ (pake huruf Q) di KFC. Rasanya menyenangkan
sekali walaupun aku tidak ikut nimbrung kesitu.
Ada juga
per golongan suka mengelompok sendiri-sendiri. Termasuk geng motor misalnya,
ada geng motor yang khusus hanya untuk Honda atau Yamaha atau Yamahmud. Kenapa nggak
sekalian aja apapun makannya, minumnya teh botol sosro… ehh, maksudnya apapun itu merk motor-nya, tetap satu geng, bernama Geng
Siluman Tengkorak. (masih belum
nyambung ya? Hehehe) sepeda juga gitu
lho, ada perkumpulan sepeda onthel (persepon), tetangganya, perkumpulan sepeda pixie (perdapix), tetangganya lagi perkumpulan sepeda
rongsok (perserong), lainnya, perkumpulan rongsok sepeda (persoksep). Kenapa
nggak apapun merk sepedanya, tetep berkumpul menjadi satu perkumpulan. Yah,
beginilah kehidupan sosial kita
manusia Indonesia.
Sayangnya,
walaupun mempunyai label yang sama, tapi, tetap saja itu tidak menjamin
kerukunan dan keamanan nasional. Masih sering terlihat antar orang-kaya yang
saling menjatuhkan, antar orang miskin saling berperang meributkan masalah
sepele, atau sesama supporter yang bernaung dalam nama yang sama tetapi gelut-geluttan sendiri. #heran. Di jalan
raya juga begitu, masih sering terlihat kasus kecelakaan sesama merk.
Misalnya, Honda tabrakan dengan Honda, Yamaha tabrakan dengan Yamaha. Kenapa bisa nggak akur gitu. Harusnya, kalau Honda nggak bisa
tabrakan dengan Honda lainnya.
Kalau menggunakan label mahal-murah,
keakuran ditunjukkan dengan, sesama motor mahal nggak bakalan tabrakan, jadi
kasus kecelakaannya Cuma motor mahal tabrakan dengan motor murah. Nah, kalau sudah begitu, pelabelan atau
pengkotak-kotakan yang berlaku menjadi maksimal alias tidak setengah-setengah. Filosofinya, pakaian kotak-kotak
yang kita pakai adalah pakaian lengan panjang, bukan pakaian yang sepertiga
belum jadi. J
ngomong opo to kow guh..???hehehhehe
BalasHapus