Senin, 06 Agustus 2012

Label Kehidupan Manusia


            Hidup sebagai manusia itu, tidak bisa lepas dari yang namanya pelabelan atau pengkotak-kotakkan. Selalu ada sebutan khusus untuk masing-masing golongan. Layaknya blogger yang mencantumkan label yang berbeda untuk masing-masing tulisan, kehidupan manusia pun lekat dan erat sekali dengan pelabelan. Label yang membuat manusia terkotak-kotak dan terpisah.


            Label paling kentara dan paling jelas tentu kuat kaitannya dengan status sosial. Dimana jarang sekali manusia kaya berbaur dengan manusia berlabel miskin, dimana jarang sekali manusia berlabel terhormat berbaur dengan manusia berlabel biasa atau bahkan gembel. Jelek-ganteng-cantik, berpendidikan-bodoh, kelas atas-menengah-bawah-bawah sekali, murah-sedang-mahal dsb. Hal ini terlihat sekali di Negara kita Indonesia.
Pelabelan ini seringkali menyusahkan orang untuk menjalin sebuah hubungan, entah itu hubungan persahabatan, cinta atau sekedar pertemanan. Golongan kaya suka emoh untuk bergaul dengan golongan miskin, cantik emoh dengan jelek dsb dsb. Maka dari itu, aku pribadi suka sekali ketika melihat ada dua anak SMA, satunya tinggi-cakep, bercanda dengan temannya yg kecil item juweleQ (pake huruf Q) di KFC. Rasanya menyenangkan sekali walaupun aku tidak ikut nimbrung kesitu.  
            Ada juga per golongan suka mengelompok sendiri-sendiri. Termasuk geng motor misalnya, ada geng motor yang khusus hanya untuk Honda atau Yamaha atau Yamahmud. Kenapa nggak sekalian aja apapun makannya, minumnya teh botol sosro… ehh, maksudnya apapun itu merk motor-nya, tetap satu geng, bernama Geng Siluman Tengkorak. (masih belum nyambung ya? Hehehe) sepeda juga gitu lho, ada perkumpulan sepeda onthel (persepon), tetangganya, perkumpulan sepeda pixie (perdapix), tetangganya lagi perkumpulan sepeda rongsok (perserong), lainnya, perkumpulan rongsok sepeda (persoksep). Kenapa nggak apapun merk sepedanya, tetep berkumpul menjadi satu perkumpulan. Yah, beginilah kehidupan sosial kita manusia Indonesia.


            Sayangnya, walaupun mempunyai label yang sama, tapi, tetap saja itu tidak menjamin kerukunan dan keamanan nasional. Masih sering terlihat antar orang-kaya yang saling menjatuhkan, antar orang miskin saling berperang meributkan masalah sepele, atau sesama supporter yang bernaung dalam nama yang sama tetapi gelut-geluttan sendiri. #heran. Di jalan raya juga begitu, masih sering terlihat kasus kecelakaan sesama merk. Misalnya, Honda tabrakan dengan Honda, Yamaha tabrakan dengan Yamaha. Kenapa bisa nggak akur gitu. Harusnya, kalau Honda nggak bisa tabrakan dengan Honda lainnya.
Kalau menggunakan label mahal-murah, keakuran ditunjukkan dengan, sesama motor mahal nggak bakalan tabrakan, jadi kasus kecelakaannya Cuma motor mahal tabrakan dengan motor murah. Nah, kalau sudah begitu, pelabelan atau pengkotak-kotakan yang berlaku menjadi maksimal alias tidak setengah-setengah. Filosofinya, pakaian kotak-kotak yang kita pakai adalah pakaian lengan panjang, bukan pakaian yang sepertiga belum jadi. J

1 komentar:

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D