Rabu, 14 Maret 2012

Mahasiswa ; patuh ditindas


“Jadi mahasiswa itu harus berani !!”
“Jadi mahasiswa itu harus kritis !!!”
            Petikan pertama sering keluar dari perkataan seorang dosen, sedangkan yang kedua biasanya seorang aktivis senior. Kalau kita gabungkan dua kalimat perintah di atas, maka yang muncul adalah bahwa menjadi mahasiswa harus berani dan kritis. Dosen mengharapkan mahasiswanya untuk tidak hanya berpangku padanya, tetapi harus berani berpikir out of the box , alias jangan terlalu bergantung pada apa yang disampaikan dosennya. Pun dengan kritis, mahasiswa kudu punya kemampuan berpikir untuk menyerap berbagai macam argument, membandingkannya, mengolahnya menjadi sebuah pendapat. Tentu dengan pertimbangan dasar yang kuat dan realistis. Ketika benar perintah itu teraplikasikan oleh mahasiswa, apa yang terjadi ?



            Penulis sendiri di kelas, entah ngeyel, kritis atau ada sebutan lain untuk orang seperti aku. Aku sama sekali tidak bisa mendiamkan dosen yang menurutku “aneh” dan aku didukung oleh keberanianku untuk ngomong langsung. Sekedar info, ngeyel sama kritis itu rada-rada mirip sebenarnya, Cuma untuk kata ngeyel sedikit memiliki stigma negatif. Tapi aku gak ngeyelan kok, kata temen-temenku juga aku ini kritis. Hehehehe.
            Heran, itu yang aku rasa. Padahal menyuruh sendiri untuk berani dan kritis. Tetapi ketika aku melakukannya, justru yang ada sikap enggan yang aku dapatkan dari dosen. Okelah Pak PR 2 semester lalu memberiku nilai A, tapi cara dia yang mengataiku mahasiswa sok di depan kelas, benar-benar sukses membuatku bertanya-tanya. Tuink tuink (kira-kira begitu bunyi kebingunganku ). Dosen lain, jelas terlihat dari cara memandang saja sudah bikin aku mual. Pandangannya itu seakan berkata, “mahasiswa asu !” atau aku cuma suudzon saja kali ya, jangan-jangan yang ada di pikiran mereka adalah, “aduh gawat !!! ada mahasiswa ini, jangan sampai ngobrol….. jangan sampai ngobrol” yaAllah, untuk menghindari aku bersuudzon berikan aku kekuatan untuk mendengar kata hati yaAllah, Amiiieen. ^_^. Dari segi nilai juga nyebelin, masa dikasih C ? SIAALANNNN !!!!! Alih-alih menjadi segan, dosen menjadi enggan untuk berinteraksi dengan mahasiswa yang berani plus kritis. Entah itu atas dasar malu, memang malas atau menghindar.


            Sama yang terjadi di kampus, apa yang terjadi di lingkungan bertetangga juga aku alami. Profesi orang itu juga dosen, tapi di fakultas lain. Dia tetanggaku disini, sering menjadi imam di masjid, kebetulan aku yang suka adzan, puji-pujian dan iqomat. Menurutnya, aku iqomatnya harus nunggu jamaah lengkap (hadir semua). Masalahnya adalah, sampai jam berapa ?-dia hanya datang ke masjid di waktu Maghrib sama Subuh. Jika jam sudah jam setengah tujuh, jamaah yang datang baru lima apa tetap terus menunggu ? lagian acuan jamaah lengkap itu seperti apa juga kabur. Aku malah sampai puny ide bikin daftar hadir jamaah, kalau sudah lengkap tanda tangannya baru aku iqomat. Hehehehe. Aku langgar perintahnya, aku tetap memulai shalat jamaah walaupun jamaah belum ramai, apalagi jika masjid lain sudah berhenti puji-pujian. Berubah, dia menjadi sangat enggan untuk berinteraksi denganku, sangat enggan. Padahal bapak-bapak lain asik asik aja kalau lagi sama aku.

Teman-teman, kadang kita sering dihadapkan pada suatu masalah yang menjadikan kita serba salah. Jika sedang mengalami yang seperti itu, saranku Cuma satu, percayai kata hatimu. Karena toh salah di mata satu orang, tapi ternyata benar di mata banyak orang. Kembali lagi aku mengingatkan diriku sendiri juga teman sekalian, terkadang apa yang kita ucapkan sekarang kedepannya malah menyulitkan kita. So, timang-timang dulu sebelum berkata, apakah kita akan fun-fun saja dengan konsekuensi omongan kita, atau akan membuat jiwa kita susah. Berhati-hatilah dalam berucap. Bagi teman-teman yang pernah, bahkan sering tersakiti oleh ucapanku, aku mohon maaf. Maaf ………….
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D