Selasa, 13 Januari 2015

Mengkritisi Televisi Kita (Bagian 1: Kategori Sinetron)


Kali ini aku bakal menuliskan sebuah kegelisahan yang sudah lama aku pendam. Sebuah kegelisahan yang membuatku sungguh sangat gelisah (apa sih). Lalu apa sih wa, suatu hal yang membuatmu gelisah? Hal itu adalah hilangnya kualitas top di acara-acara tv kita. Oke tanpa ba-bi-bu lagi, langsung saja aku paparkan per kategori dan untuk menghemat halaman, aku bagi menjadi beberapa part postingan. Selamat mengkritisi.
A.    KATEGORI SINETRON
Apa hal positif yang bisa kita ambil dari sinetron-sinetron di Indonesia? Apa? Apa? Apa lo liat-liat? Anak mana lo? Oke kayaknya aku mulai ngawur. Back to the topic. Jawabanku adalah tidak ada hal positif yang bisa kita ambil dari dunia persinetronan tanah air. Menyedihkan, sucks and terrible. Ngga perlu jauh-jauh bilang, “nggak mendidik”, karena sekedar menghiburpun tidak. Oke mari kita bedah satu per satu:.

1.     Pemilihan Judul
Lihatlah jadwal tayangan sinetron. Kalian bisa melihatnya di koran-koran atau cek lah lewat Google. Jaman ini 2014-2015 pemilihan judul sungguh latah, satu sinetron meraih rating tinggi maka akan bermunculan sinetron-sinetron lain yang sedikit banyak mengikuti. Contoh; pertengahan tahun 2014 muncul sinetron Ganteng-Ganteng Serigala, sinetron itu lalu memiliki rating yang (katanya) bagus. Maka, muncullah sinetron-sinetron yang memiliki judul kehewan-hewanan lainnya. Manusia harimau, Tujuh Manusia Harimau, Dendam Manusia Serigala, ELANG dan lain-lain. Sebelum kemunculan GGS, ada sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang (waktu itu) juga memiliki rating bagus. Akhirnya muncullah Emak Ijah Pengen Ke Mekah. Satu hal yang perlu kalian catat, aku hafal judul-judul itu karena iklan, karena aneh, bukan karena aku menonton. Camkan itu baik-baik. Hahahaha
2.     Episode Super Panjang
Dulu waktu aku kecil ada sebuah sinetron yang panjang episodenya dari aku mulai masuk SD sampai aku mau lulus SD. Apa itu wa? Betul, TERSANJUNG. Kemudian, ketika aku beranjak remaja, muncullah sinetron identik berjudul CINTA FITRI. Nah, sampai aku sekarang sudah menjadi seorang tenaga pengajar alias guru (ciyee guru), tren seperti itu masih berlaku! what the shit is that???? Betapa matinya regenerasi ide di dunia persinetronan negara ini.  Efek paling buruk dan paling memuakkan dari panjangnya episode suatu sinetron adalah:
a.      Plot menjadi ngawur, lihat saja itu si Haji Abang, si Haji RW, 1528 episode. Kurang jelas? SERIBU LIMA RATUS DUA PULUH DELAPAN episode dan belum ada tanda-tanda mau kiamat, eh mau tamat.!!! Isi cerita itu sinetron sama judul sudah nggak sinkron lagi. Harusnya sekarang, itu sinetron ganti judul saja jadi, “Diari Kehidupan Masyarakat Kampung Melayu RW 10.” Sinetron Emak Ijah juga 11-12 sama Haji Dua kali, masak ada adegan pocong? Si Wakwaw jadi setan? Itu apaaa? Bandingkan dengan The Heirs yang pemeran utamanya mirip Aku, iya Kim Tan, Cuma sampai 20 episode saja.
b.     Pemeran Bertambah banyak, ah yang ini ngga usah dijelasin. Bertambah, berganti, ada yang mati. Matipun sampai ada yang; aktingnya memang mati, di dunia nyata lagi jadi caleg terus si sutradara mengakalinya jadi mati, sampai benar-benar mati asli,,, maaf, wafat. Ada juga yang hilang kayak peran yang diperankan oleh pasangan suami-istri yang katanya bentar lagi mau cerai itu.
3.     Judul dengan Film tidak Sinkron
Judulnya, ganteng-ganteng serigala, tapi di isi filmnya lebih banyak mengupas hubungan pacarannya Prilly sama Aliando, Kevin sama Jamilah (nggak tahu namanya). Serigala-serigalanya malah menjadi tokoh kedua. Judulnya, pengen pergi ke Mekkah, tapi isi filmnya malah kisah cowok jelek yang dapet cewek cantik terus mati terus ada yang jadi pocong. It is really shit, man. Nek wes ngene iki aku mung iso ngomong jancuuuk.

thanks for the creator, I forget where did I get this. So Sorry.
4.     Minim Ide Cerita
Dalam artian, ceritanya ngawur, konfliknya nggak jelas, penuh teka-teki (ini lah ide dari alasan Raisa menciptakan lagu berjudul teka-teki karena dia nonton sinetron). Penuh kebingungan yang diakali sutradara dengan kebingungan lainnya. Sebenarnya, aku sempat antusias dengan hadirnya Ftv. Tapi semakin kesini, semakin sama aja minim ide cerita. Plot yang ada di Ftv-Ftv juga sama saja, tentang si kaya pacaran sama si miskin, si cakep pacaran sama si jelek (padahal sih tetep cakep Cuma perannya aja pura-pura dikatain jelek, gembel).
5.     Usulan
Stasiun Tv seperti RCTI, Indosiar dan ANTV seringkali mengakali sinetron mereka yang jelek banget dengan menambalnya pakai cara impor drama-drama Korea / India. Nah, menurutku, harusnya mereka tidak usah mengimpor. Tidak usah juga menjiplak plot film. Harusnya, mereka menjiplak cara kerja mereka dalam mengemas drama-drama yang berhasil diekspor sampai Indonesia itu. Ketika, seorang penggemar drama Korea ditanya plot cerita, mereka bisa menceritakannya dengan mudah. Tapi, penggemar GGS, Haji Abang dkk ... coba tanya ke mereka jalan ceritanya, mereka sendiri bingung. Mereka hanya bisa menceritakan episode yang barusan / tadi malam mereka tonton. Itu saja. Jiplak CARA mereka mengemas bukan jiplak kemasannya.
6.     Kredit Plus
Untunglah untuk saat ini, ada kredit plus yang patut aku berikan untuk SATU sinetron. Yaitu, Preman Pensiun. Dari kekuatan cerita bagus, Plotnya apik, karakter juga kuat, kualitas gambar juga bagus. Bahkan bapak Ridwan Kamil ikut-ikuttan nimbrung di sinetron ini, lho. Semoga sinetron ini tidak mengikuti jejak sinetron lainnya. Semoga tetap konsisten dalam menyajikan jalan cerita yang bagus dan tidak berubah menjadi sinetron umbrus selanjutnya.
...... berlanjut ke part berikutnya insyaAllah.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D