Senin, 09 April 2012

Aku Mencintaimu


          Seringkali aku melihat adanya kebingungan yang melanda teman-temanku terkait perasaannya, jika sudah bersinggungan dengan cinta. Demi melihat mereka yang terombang-ambing perasaannya sendiri, apakah benar cinta atau bukan yang tengah dirasakan, aku terpikir untuk memaknakan arti cinta. Ingat, makna itu lebih tinggi kedudukannya dari sekedar arti. Apalah arti cinta tanpa makna yang terselip di dalamnya. Ya, gak ? hehehehe. But honestly, aku nulis ini juga sedikit banyak dipengaruhi oleh pengalamanku sendiri ketika masih labil-labil plus alay gitu. Hahags. Pemaknaan ini tidak langsung aku suratkan, tapi aku sampaikan dalam bentuk cerita mini, adapun maknanya silakan dimaknai sendiri. Jadi aku sekalian curhat. Selamat menikmati :D

***
          “Guh, aku punya kenalan cewek, kamu pengen ngobrol, gak ?”

Itulah sebuah kalimat dari seniorku di SMA yang menjadi stimulus aku mengenalnya. Mengenal seorang wanita yang seumur hidup hanya aku temui dua kali. Liva namanya, Kholivatul Jannah. 2 tahun lebih tua dariku. Mahasiswi Unissula Semarang. Pertama kali aku memanggilnya mbak hingga terakhir kali aku memanggilnya bunda. Dia tidak pernah mengeluh dengan sebutan apa aku memanggilnya, entahlah mungkin itu dia jadikan hiburan untuknya. Semenjak saat pertama ditawari untuk mengobrol dengannya, kita mulai intens untuk sekedar berkirim sms atau telfon, membicarakan hal-hal yang agak kurang penting. Bercanda. Tertawa bersama. Hemmmm, bagiku dia sangat menyenangkan. Terlebih dengan sifatnya yang natural manja, alias tidak dibuat-buat dengan tujuan untuk dikatai manja. Dia suka merajuk, suka cerita, pun mau mendengarkan ketika aku bercerita. Hal yang paling sering dia bicarakan adalah tentang kakak laki-lakinya yang seorang kepala sekolah, serta adiknya bernama Fitri yang sangat tomboy. Kakak, itulah yang ada di benakku untuk menganggapnya selama berteman. Sayangnya, ketika aku sudah merasakan comfort zone alias zona nyaman ketika sedang berbincang dengannya, dia putuskan untuk mengakhiri. Heran, itu yang aku rasakan. Kenapa ketika aku lulus SMA, dan punya kesempatan lebih untuk selalu berada benar di sampingnya, dia malah memilih untuk menjauh dan tidak peduli lagi denganku. Bahkan yang membuatku “sakit” sekali adalah di pertemuan keduaku dengannya, demi mendapati dirinya sudah tidak mengenaliku lagi. Aku gak akan pernah melupakan pertanyaannya, “siapa ya ?”. Hampir dua tahun berteman walaupun hanya lewat media dunia maya dan telefon, dengan semudah itu dia melupakan. Saat itu aku sadar kalau aku mencintainya, sebagai kakak. Walaupun aku juga sadar, aku seperti orang bego yang sampai sekarang masih tetap menanyakan kabarnya dan tetap menganggap dia adalah kakak perempuanku.

***
          “mbak, disini ambil jurusan apa ?” tanyaku pada wanita yang duduk di sebelahku awal aku kuliah.
          “pendidikan fisika, mas” jawabnya sambil tersenyum.

Aku gak langsung bertanya namanya saat pertama kali bertemu. Kesan pertama melihatnya, anaknya asik, cara berpakaiannya sopan dan  simple. Meski secara wajah, dia tidak terlalu cantik, biasa-biasa saja. Aku baru tahu namanya ketika sudah hampir 2 bulan hanya saling menyapa dengan kata, “heh” atau “heeey”. Ratna namanya. Ratna Wulandari. Pertama kali aku tahu namanya yang ada di benakku adalah “gak ada nama yang bagusan dikit apa ya ?” hehehehe. Semakin hari semakin sering bercengkerama, entah itu lewat sms, telfon atau face to face, aku semakin menaruh rasa simpati padanya. Ditambah sudah sekitar dua bulanan aku “menyendiri”. Huufffff, (merenung dulu) akhirnya aku tahu, kalau aku mencintainya without any reason. Ya, Susah sekali mengurai sebab aku mencintainya. Dulu, setiap aku menyukai seorang wanita, pastilah karena dia itu cantik dan pintar matematika. Ya, aku mencintainya, cinta seorang lelaki kepada wanita.

***
          Baik yang 2 tahun aku kenal dan selalu menghiburku, maupun yang sudah 4 semester ini seringnya menyakitiku. Huhuhuhu. Aku mencintai mereka berdua, dengan pengertian cinta dan makna yang berbeda. Terakhir, Buat mbak Liva semoga bisa selalu bahagia, maaf kalau aku gak bisa adik yang baik buatmu. Semoga bisa bertemu lagi. Ratna, semoga langgeng dengan pilihanmu yang sekarang.

***
Dia menyayangimu, tapi bukan kekasihmu.
Dia perhatian kepadamu, tapi bukan anggota keluargamu.
Dia siap berbagi rasa sakitmu, tapi dia tidak berhubungan darah denganmu,
Dia…………………
Adalah SAHABAT
Yang sering marah seperti Ayah
Bawel seperti Ibu
Ngeselin seperti Adik
Usil seperti kakak
Tapi,
Dia menyayangimu lebih dari kekasih
Sahabat sejati akan selalu ada dalam hati
Untuk hari ini, besok dan selamanya
( Kholivatul Jannah, 1 September 2009 )


1 komentar:

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D