Kamis, 28 Juni 2012

Rendahnya Kesadaran Sosial Manusia


          Seperti yang pernah aku katakan di postingan sebelum ini, hal mendasar yang membedakan manusia dengan hewan adalah kesadaran. Manusia sadar bahwa dia adalah manusia, terlepas dari apakah hewan juga sadar bahwa mereka adalah hewan, mereka dilihat dari belum adanya studi kasus, tidak menyadari bahwa mereka adalah hewan. Kaitannya dengan hal ini, aku seringkali bertanya-tanya, jika manusia menggunakan nama hewan untuk mengumpat misalnya “dasar  anjing !!!” apakah mereka juga menggunakan manusia sebagai umpatan ? misalnya ada anjing kintamani marah ke anjing  bulldog, apakah dia akan mengumpat, “DASAR MANUSIA !!!!”
          Nah, postingan kali ini, aku pengen sedikit banyak mengkritisi kesadaran manusia. Banyak sekali manusia yang sepertinya lupa bahwa mereka adalah manusia. Namanya manusia, otomatis dalam menjalani kehidupan tidak lepas dari sosial bermasyarakat. Manusia, tidak dibenarkan untuk menjalani kehidupan sendiri-sendiri (individualistis). Gambarannya, proses pembuatan baju yang kita pakai saja, dimulai dari pembuatan benang sampai menjadi bentuk baju, membutuhkan lebih dari satu orang, ditambah lagi ketika baju itu masih membutuhkan penjual dan pembeli. Manusia otomatis membutuhkan satu sama lain. Kiranya seperti itulah kehidupan sosial manusia.


          Sekarang-sekarang ini, aku sering melihat fenomena melenceng dari sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial. Contoh sederhananya, ketika aku makan di warteg banyak ditemukan orang-orang yang sudah selesai makan tapi dengan asyiknya mengambil tempat untuk mengobrol sambil merokok, padahal ada banyak pengunjung yang ingin makan di tempat itu. Akhirnya, banyak dari mereka yang balik meninggalkan warung itu dan tidak jadi makan, adapula yang dengan terpaksa membungkus nasi. Mungkin baiknya, si penjual harus memberlakukan peraturan. Misalnya;
Ø  Makan < Rp. 5000 = tidak boleh lebih dari 10 menit
Ø  Makan > Rp. 5000 = maksimal 25 menit
Ø  Makan > Rp. 10000 = boleh selama mungkin
Contoh lain adalah masalah lalu lintas. Terutama di jalan yang menuju kampus 2 IAIN Walisongo ini dan mungkin di jalan-jalan lainnya. Jamak dijumpai orang-orang yang melawan arus, dengan dalih menjadi lebih cepat untuk sampai tujuan ketimbang harus mengikuti lajur kiri dan memutar. Terkadang, aku kaget ketika harus menyebrang dari lajur kanan tetapi tiba-tiba muncul motor dari lajur kiri. Apalagi ketika mengendarai motor di lajur kiri, tetapi ada motor yang melaju berlawanan arah di hadapanku.


Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan sudah memberlakukan peraturan-peraturan yang dipajang langsung di jalan-jalan. Sebenarnya peraturan itu tidak penting untuk diberlakukan, asal, manusianya sadar diri untuk bertingkah dan bertindak tanduk. Sayangnya, manusia lebih suka untuk melanggar peraturan, jadi mereka bertindak semaunya tapi mereka juga ingin adanya peraturan yang bisa mereka langgar. Bagi manusia, melanggar peraturan adalah kepuasan tersendiri rasanya.



Mungkin, dalam kasus ini, pendidikan harus bisa mengambil peran protagonist dengan langkah-langkah yang bisa menumbuhkan kesadaran sosial manusia. Lebih jauh, untuk bisa menumbuhkan kecerdasan sosial. Adapun solusi-solusi edukatif belum aku temukan idenya. Semoga besok hari aku bisa menemukan ide-ide solutif untuk menumbuhkan kesadaran plus kecerdasan sosial. Thank you for reading ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D