Hari ini, aku jalan sama Mbak Liva (aku masih tetap
memanggilnya mbak, apapun hubungan kita). Kebetulan film The Avengers udah
rilis di Indonesia, jadi sekalian deh kita nonton, secara selera film kita
berdua memang sama, film-film efek gitu deh. Pas pertama lihat, kok matanya
begitu ya ? eh ternyata dia habis tidur, buru-buru langsung ke tempat janjian. Haha ada-ada saja. Sepanjang nonton,
kita berdua kebanyakan diem, menikmati film. Sekalinya aku ajak ngomong, dianya
gak denger, begitu juga sebaliknya. Hadehh. Tapi, kita berdua sama-sama
menyadari, kalau hampir di sepanjang mainnya film, kita melakukan hal yang
sama, gigitin kuku !!! geli sendiri aku pas kita saling tatap.
Setelah selese nontonnya, kita lanjut makan di KFC. Tapi sayangnya
disitu gak ada kalimat, “pilihan anda tepat sekali… !!!!” yang diucapkan
pelayannya. Hehehehehe. Disini baru
kita ngobrol panjang lebar, yaaa
walaupun aku semakin sadar kalau kita terlalu beda, ya, terlalu berbeda. Aku merasa
kalau aku ini sedikit moderat and
fleksibel lah anaknya cieee cieeee,
sedangkan dia selalu membatasi dirinya sendiri dalam banyak hal. Atau juga dia
dibatasi oleh pihak ketiga (Orang tua, dokter). Dia suka melanglang buana ke
segala penjuru Indonesia mungkin malah sudah kayak tripping holic, sedangkan aku gak begitu suka. Aku kan lebih suka
berdiam diri di masjid iktikaf baca komik atau perpus tidur di samping rak (ehem)
atau duduk termenung di Wc.
Cara makan, aku fine-fine
aja mau makan pakai tangan, sendok, garpu, langsung pakai mulut atau pakai
kaki yang ada cantengnya, apapun caranya yang penting itu makanan bisa masuk ke
perutku, kan ?. Sedangkan mbak Liva
tidak, dia harus….. harus pakai sendok, kalau gak ada sendok dia minta disuapin.
Apalagi yang beda ya, owh iya, dia itu kalau tertawa (atau tersenyum saja) bisa
bikin orang yang melihatnya nyaman untuk terus memandanginya. Sedangkan kalau
aku yang tertawa (atau tersenyum) bisa bikin orang langsung kabur lari
terbirit-birit karena takut. Dia dimana-mana banyak yang nyariin karena alasan
dikangenin banyak orang, sedangkan aku bayak yang nyariin dengan alasan banyak
utang mereka mau nagih.
Sayangnya, mbak Liva agak kurang nyambung kalau aku ajak
ngomong yang mewajibkan dia untuk berpikir sejenak. Contoh sederhananya begini,
aku kan kenal dia dari Akhi Mukmin, nah sama seperti aku, dia juga sering smsan
atau telfonan sama mbak Liva, tapi dia lebih intens daripada aku. Bahkan ketika
aku vakum berkomunikasi sama mbak Liva, Akhi mukmin tetep lancar-lancar aja
kayak lagi di jalan tol. Akhi Mukmin itu dari Jambi. Nah mbak Liva bilang
begini;
·
LV, “Liva juga pernah lho ke Jambi, ke
tempatnya Akhi Mukmin juga (secara dia kenal sama kakaknya Akhi Mukmin yg
cewek)
·
Aku, “lalu kenapa gak sekalian aja hidup
disitu ? (kalian paham gak maksudku ini ? lah dia malah jawab )
·
LV, “gak ah, Liva juga pernah ke Aceh, ke
Padang, ke Makassar juga pernah. Kalau boleh sih, pengennya hidup di Palembang
atau Makassar. Liva pengen hidup di luar Jawa”
Hadehh, tapi ya gak apa-apa
lah, wajah polosnya selalu saja terlihat menyenangkan untuk aku pandangi ( galaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuuuu
lagiiiiiiiiii ) tahu gak kalian, akhir-akhir ini aku jadi susah tidur. Aku gak
bisa tidur kalau belum jam 12 an malam. Biasanya kan aku habis shalat Isya
langsung krrrrrrrrrrr. Eh, baca bukunya Raditya Dika malah nemu tulisan, kangen
adalah salah satu penyebab dari susah tidur. Buka bukunya Tere Liye nemu
tulisan, malam-malamku menjadi lebih panjang lebih lama untuk menunggu pagi,
desahan nafas-nafas berat yang menggantung di langit bla bla bla bla KLOPPPP !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MINTA KOMENTARNYA, GAN :D