Senin, 19 Maret 2012

Mendidik Dengan Kebohongan



            Tidak bisa dipungkiri, pendidikan awal yang manusia dapatkan adalah dari orang tua. Merekalah yang mengajarkan kita berbagai macam pengetahuan, sebelum kita mendapatkannya  di bangku-bangku sekolah. Orang tua, bagaimanapun bentuknya, adalah orang yang memang sangat dekat dengan kita lahiriah pun batiniah. Apapun kata orang tua, pasti kita turuti. Apapun nasihat orang tua, pasti kita ingat dan laksanakan. Namun, itu semua berubah, semenjak kita mengenal guru beserta pendidikan di sekolah. Disadari atau tidak, semenjak kita mengenal guru, kita lebih suka mengatakan, “kata bu guru” atau “kata pak guru” bahkan, “ah kata siapa ? orang kata pak guru aja….” alias kita lebih mempercayai omongannya guru ketimbang orang tua. Nah, seiring bertambahnya umur kita, perkataan itu juga mulai berubah lagi. Perkataan kita yang merujuk pada bapak atau ibu guru mulai memudar. Kenapa ? karena kita telah menemukan jati diri, kita akan mengatakan, “kataku” / “menurutku/ menurut hemat saya” dsb


            Meski sudah bisa berkembang menuju pembentukan diri sendiri, tetap saja kita masih suka meminta saran dan nasihat orang tua, meski tidak selalu. Ini menunjukkan ikatan batin anak yang terlalu kuat dengan orang tua. Meski terkadang kita ingat sering dibohongi orang tua sewaktu masih kecil. Lho ? benarkah ?
            Sadar atau tidak, orang tua terlalu sering membohongi anak-anaknya. Contoh kecil, ada anak melihat orang tuanya memakan buah manggis, si anak meminta tapi orang tua berkata, “jangan, ini pahit banget, kaya jamu” oke, si anak percaya dan langsung yakin buah yang bentuknya seperti itu adalah jamu yang rasanya pahit. Apa yang terjadi ketika si anak tahu ternyata buah itu rasanya enak dan manis ? bertolak belakang dengan apa yang dikatakan orang tuanya. Kecewa. Ternyata orang tuanya bohong, tega sekali. Itu adalah satu contoh kecil yang bisa penulis berikan. Banyak contoh-contoh lain kebohongan orang tua pada anaknya


Efek dari sadarnya anak tentang kebohongan orang tuanya adalah, hilangnya kepercayaan si anak pada orang tuanya. Apa jadinya hubungan kekeluargaan seperti itu ? dimana tak ada kepercayaan satu sama lain ? okelah si anak masih berperilaku seperti biasa, seperti tidak pernah dibohongi. Tapi, tetap saja itu meninggalkan efek sangat buruk buat psikologi anak. Minimal dalam pikiran si anak timbul sebuah konklusi, bahwa orang tuanya membohongi dia. Lebih bahaya lagi jika si anak mendapatkan konklusi semacam itu disaat dia masih kecil. ! canggung untuk bergaul dengan orang tuanya sendiri, sehingga timbul kesan pembangkang.
Oleh dari itu, bagi para orang tua, stop mendidik anak dengan cara berbohong. Demi kebaikan kalian pun bagi anak-anak sendiri dan terlebih bagi hubungan harmonis antar anggota keluarga. Kalau dari awalnya saja sudah mengajarkan kebohongan, takutnya si anak akan terbiasa dengan kebohongan dan berpikir, “ah orang tuaku saja berbohong, masa aku gak boleh ?” Nah lhoh ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D