Tidak bisa dipungkiri, pendidikan awal yang manusia
dapatkan adalah dari orang tua. Merekalah yang mengajarkan kita berbagai macam
pengetahuan, sebelum kita mendapatkannya di bangku-bangku sekolah. Orang tua,
bagaimanapun bentuknya, adalah orang yang memang sangat dekat dengan kita
lahiriah pun batiniah. Apapun kata orang tua, pasti kita turuti. Apapun nasihat
orang tua, pasti kita ingat dan laksanakan. Namun, itu semua berubah, semenjak
kita mengenal guru beserta pendidikan di sekolah. Disadari atau tidak, semenjak
kita mengenal guru, kita lebih suka mengatakan, “kata bu guru” atau “kata pak
guru” bahkan,
“ah kata siapa ? orang kata pak guru aja….” alias kita lebih mempercayai omongannya guru ketimbang
orang tua. Nah, seiring bertambahnya umur kita, perkataan itu juga mulai
berubah lagi. Perkataan kita yang merujuk pada bapak atau ibu guru mulai
memudar. Kenapa ? karena kita telah menemukan jati diri, kita akan mengatakan, “kataku”
/ “menurutku/ menurut hemat saya” dsb
Meski sudah bisa berkembang menuju pembentukan diri
sendiri, tetap saja kita masih suka meminta saran dan nasihat orang tua, meski
tidak selalu. Ini menunjukkan ikatan batin anak yang terlalu kuat dengan orang
tua. Meski terkadang kita ingat sering dibohongi orang tua sewaktu masih kecil.
Lho ? benarkah ?
Sadar atau tidak, orang tua terlalu sering membohongi
anak-anaknya. Contoh kecil, ada anak melihat orang tuanya memakan buah manggis,
si anak meminta tapi orang tua berkata, “jangan, ini pahit banget, kaya jamu”
oke, si anak percaya dan langsung yakin buah yang bentuknya seperti itu adalah
jamu yang rasanya pahit. Apa yang terjadi ketika si anak tahu ternyata buah itu
rasanya enak dan manis ? bertolak belakang dengan apa yang dikatakan orang
tuanya. Kecewa. Ternyata orang tuanya bohong, tega sekali. Itu adalah satu
contoh kecil yang bisa penulis berikan. Banyak contoh-contoh lain kebohongan
orang tua pada anaknya
Efek dari sadarnya anak tentang kebohongan orang tuanya adalah, hilangnya
kepercayaan si anak pada orang tuanya. Apa jadinya hubungan kekeluargaan seperti itu ? dimana
tak ada kepercayaan satu sama lain ? okelah si anak masih berperilaku seperti biasa, seperti
tidak pernah dibohongi. Tapi, tetap saja itu meninggalkan efek sangat buruk
buat psikologi anak. Minimal dalam pikiran si anak timbul sebuah konklusi,
bahwa orang tuanya membohongi dia. Lebih bahaya lagi jika si anak mendapatkan
konklusi semacam itu disaat dia masih kecil. ! canggung untuk bergaul dengan
orang tuanya sendiri, sehingga timbul kesan pembangkang.
Oleh dari itu, bagi para orang tua, stop mendidik anak dengan cara
berbohong. Demi kebaikan kalian pun bagi anak-anak sendiri dan terlebih bagi
hubungan harmonis antar anggota keluarga. Kalau dari awalnya saja sudah mengajarkan
kebohongan, takutnya si anak akan terbiasa dengan kebohongan dan berpikir, “ah orang tuaku saja berbohong, masa aku gak
boleh ?” Nah lhoh ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MINTA KOMENTARNYA, GAN :D