Rabu, 04 November 2015

AYO SHOLAT BERJAMAAH !

Dulu, bapak-bapak jamaah masjid disini sangat banyak. Ketika mereka berkumpul, canda tawa selalu teriringi di sela-sela obrolan mereka. Baik itu ketika selesai shalat Maghrib/Shubuh maupun ketika berkumpul pas ada acara Tahlilan. Rasanya menyenangkan ketika melihat orang-orang tua itu rajin meramaikan kegiatan masjid.
Kemudian, aku menjadi saksi perginya satu per satu dari mereka.  Ada yang pergi karena pindah rumah seperti Abah Mansyur dan Pak Mujiono. Ada yang pergi “mendadak” tanpa alasan, pindah jamaah entah itu di masjid lain atau bahkan shalat di rumah. Ada pula yang pergi untuk menghadap Allah SWT. Orang-orang yang begitu rajin meramaikan kegiatan-kegiatan masjid begitu saja dipanggil oleh-Nya. Disamping fakta bahwa para almarhum memang sudah berumur “cukup”, perginya mereka meninggalkan suatu bekas yang nampaknya tidak tergantikan.
   
Doc. Pribadi


Contoh, biasanya ketika sedang ada pengajian, di pojok kanan masjid duduk seorang bapak Anwar (Alm). Sekarang tak ada lagi. Biasanya ketika jam sudah menunjukkan pukul 01:30 dinihari sudah ada pak Harno (Alm) mendirikan shalat sunnah qiyamul lail. Dan banyak lagi hal-hal yang biasa ada, namun kini tidak ada lagi.
Sayangnya kepergian sebagian jamaah tersebut, tidak tergantikan oleh anak-anaknya. Itu dalam skala mikro, makronya adalah para pemuda di komplek ini memang seperti enggan untuk menjejakkan kaki mereka di pelataran masjid.
Para pembaca sekalian yang semoga dirahmati oleh Allah. *ehm* Adalah hal yang dianjurkan bagi para orang tua untuk membawa serta anak-anak mereka ketika shalat berjamaah di Masjid. Aku nggak ngarang lho, setidaknya itu menurut buku yang aku temukan di rak Quran masjid al-Ikhlas BPI Semarang.
Mbok ya kalo mau masuk surga tuh ajak-ajak, jangan pengennya kesana sendirian. Ketika kalian mau jamaah ke masjid ya ajak lah sebanyak mungkin yang bisa diajak; bapak, ibu, terutama anak-anak dan usahakan para asisten rumah tangga juga diajak. Disini, aku jarang sekali melihat orang yang datang ke masjid ramai-ramai satu keluarga. Ada pak A tapi datang ngga sama istrinya. Ada istri tapi nggak dateng sama suaminya. Ada anaknya, tapi ngga datang sama orang tuanya. Ada orang tua, tapi ngga shalat sama anaknya. Sendiri-sendiri. nafsi-nafsi. Padahal ini masih di dunia belum di padang Mahsyar lho. Belum waktu kiamat juga tapi udah nafsi-nafsi.
Sekali lagi, ajak lah mereka. Matikan tv mereka, rampas hape mereka ketika adzan sudah berkumandang. Ajak mereka semua berjamaah di Masjid. Jangan kalian pergi sendiri, aktif jamaah sendiri. Supaya ketika kalian yang rajin berjamaah tiada, anak-anak kalian bisa menggantikan, meneruskan atau minimal bisa merepresentasikan sosok kalian.
“waaah, itu Mas Imut anaknya almarhum pak sigit ya?” kata pak Far
“iya, rajin ya shalatnya. Kayak bapaknya.” Timbal pak Vir
Itu yang aku maksud dengan merepresentasikan.
            Kalo dari pemerintah ada gerakan #Ayomondok. Sekarang mari kita galakan sebuah gerakan #AyoJamaah #AyoMasukSurgaBareng-Bareng. Ingat? Perbandingan shalat sendiri dengan shalat berjamaah adalah 1:27, kan?

NB:
ternyata Aku bisa juga bikin artikel serius. 

hehehehehehehehehehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D