Senin, 23 November 2015

MENTAL DISORDER (2)

Alhamdulillah, ini adalah part 2 dari cerita bersambung Mental Disorder, semoga bisa menikmati ya. Kalo belum baca yang part 1, bisa dibaca di klik Mental Disorder: Part 1. Happy reading, all ^-^
***

PART 2: Pertemuan
            Bertahun-tahun aku terbiasa hidup sendiri, melakukan apapun sendiri. Sampai ketika mendaftar kuliahpun aku lakukan sendiri setelah jenjang SD, SMP, SMA selalu diantar ayah. Ya, dulu ayah adalah satu-satunya orang yang selalu percaya bahwa suatu hari aku akan benar-benar menjadi seorang Ali yang tinggi. Ali yang bijaksana. Ali yang bermartabat, Ali yang berwibawa. Namun, perlahan keyakinan itu nampaknya mulai luntur seiring berjalannya waktu.
            Kalian tahu musuh Spiderman 2 versinya Andrew Garfield? Nah, kondisiku persis seperti tokoh yang jadi Electro. Jelek, sendiri dan sebagus apapun kerjanya tetap tidak akan dianggap. Cuma, aku tidak selebay electro sih. Kesendirian ini berlangsung begitu lama membuatku tidak terlalu memahami apa itu artinya diterima, disayangi dan dicintai. Tidak, aku sama sekali tidak bisa memahami itu semua. Sampai suatu sore di sebuah toko buku terbesar di kota ini.
    
“Hei .... “                                                                     
Terdengar seperti suara wanita menyapaku, tapi aku tak menganggap suara sapaan itu untukku. Sudah terlalu lama tidak ada suara cewek yang memanggilku.
“Kamu.... Ali, kan?”
Aku toleh, lihat wajahnya. Lalu mengernyitkan dahi,
“Siapa?” tanyaku.
“hehehehe. Sudah kuduga kamu ngga kenal. Aku Rindu... Rindu Andita, dulu satu SMA lho sama kamu.”
Wajahnya teduh, dengan suara dan tawa yang menyenangkan. Itulah kali pertama aku berjabat tangan secara khusus dengan wanita. Biasanya aku menjabat tangan wanita cuma ketika halal bi halal. Tahu kan? acara selepas upacara di hari pertama masuk sekolah setelah libur lebaran itu.


ilustrasi dari sini

            Selalu ada kecanggungan untuk yang pertama. Aku canggung untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaannya, omongan-omongannya dan .... aku canggung menatap wajahnya. Namun, dia mungkin tipe wanita yang baik ke semua orang. Dia bertubi-tubi menghujaniku dengan pertanyaan-pertanyaan, “kok sendirian?” “lagi cari buku apa?” “kuliah di kampus mana?” “Jurusan apa?” dan banyak lagi yang semuanya aku jawab dengan singkat padat dan jelas.
            Pertemuan itu berakhir setelah temannya datang dan merajuk, “udahan, yuk rin.” Setelah mengenalkan temannya, Rindupun pamit keluar duluan dari toko buku. Meninggalkanku yang mematung melihatnya berjalan menggoyangkan rambutnya yang diikat kuda, ke kiri dan ke kanan. Menggandeng temannya yang meskipun berjilbab, namun memakai skinny jeans dan jaket tanggung.
            Sepulangnya dari toko buku, di kamar kos aku cari-cari nama Rindu di buku Album Kenangan sekolahku dulu. Merasa aneh, karena ternyata Rindu adalah eks anak IPA I sedangkan aku adalah anak Bahasa II. Letak kelas IPA I dengan Bahasa II sangat jauh, kenapa dia bisa kenal aku?

=========================================================

 BERSAMBUNG KE MENTAL DISORDER part 3: Teman....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D