Kamis, 10 September 2015

ANDINI; Awal Mula

kita pernah disini
Saat itu aku berada di semester 2, berarti tahun 2011, di gedung D Fakultas FITK (dulu masih Fakultas Tarbiyah) aku pertama kalinya menyapa sekaligus sedikit ngobrol dengannya. Masih terasa jelas terpatri, obrolan pertamaku dulu dengannya bersumber dari statusnya di Facebook. Saat itu dia update status kira-kira seperti ini, “Syukurlah, Alhamdulillah hampir aja nyawa melayang.....”. Sesaat setelah perkuliahan selesai, aku lihat dia melamun dan terjadilah obrolan pertamaku dengan dia dalam sejarah hidupku.
“Statusmu kenapa itu, Din?” tanyaku langsung.
“Ooh, tadi pas berangkat aku hampir celaka...” Kata dia.
“Lhoh kok bisa? Bukannya kamu naik bis Damri ya?”
  
“Iya, Damri kan pintunya otomatis gitu. Berhubung tadi sesak, aku berdiri gitu depan pintu, pas pintu kebuka aku hampir jatuh, untung aja ada yang pegangin....”
“Oalaah, gitu ... “
Aku lupa kelanjutan obrolan itu seperti apa, seingatku sih akhirnya kita jalan sendiri-sendiri. biasa, cowok pergi sama cowok begitupun sebaliknya. Yang jelas, awal perkuliahan semester 2 tahun 2011 itulah pertama kalinya aku ngobrol dengan dia. Dia yang saat ini mengambil porsi terbesar dari semua hal yang aku pikirkan.
          Setelah obrolan itu, kita jarang berinteraksi secara langsung. Interaksi dengannya kebanyakan hanya lewat media Facebook. Nggak tahu kenapa, di semester awal itu dia begitu berbeda antara di kehidupan nyata dengan kehidupan maya. Di Facebook dia bisa lebih ... hemmmmm, nyelelek dan cengengesan. Beda jauh dengan dia versi nyata yang cenderung suka ngumpet. Untuk pengertian dua kata bahasa Jawa bergaris miring itu coba deh tanya anak Semarangan. Heeee.
          Obrolan keduaku dengannya terjadi ketika anak-anak sekelas pergi jalan-jalan ke sebuah pantai di Kendal. Waktu itu ada dua anak yang mengalami nasib nahas. Satu, hapenya teman kelas yang bernama Yusrul hilang ditelan ombak gara-gara waktu dia foto-foto, tangannya terkena bola tendangan salah satu teman. Dua, ya dia itu.
          “Hape kamu kenapa itu?” tanyaku setelah melihat dia ngelus-ngelus hapenya sambil dikerubuti 3 orang.
          “Tadi kan hapenya aku taruh di saku celana. Terus aku diceburin ke laut sama dia. Ini hapenya jadi mati” Katanya sambil nunjuk ke arah salah satu cewek.
          “Coba tho baterainya dilepas terus dijemur sampe kering.” Aku sok tahu.
          “Itu kan kalo kena air biasa, Guh. Ini masalahnya air laut kok.”

Uniknya, tipe hape dia dengan hapenya Yusrul sama, Nokia Express Music. Belakangan dia bilang benci sama cewek yang nyeburin dia ke laut itu. Bukan karena hapenya rusak, tapi karena itu cewek tidak sekalipun meminta maaf.


Kejadian hape nyemplung laut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D