Selasa, 17 Februari 2015

Ketika Maut Mengintai

Aku nggak akan pernah melupakan tanggal dimana aku begitu takut mati. Iya, aku merasa di tanggal itu segala kegiatanku berbau kematian. Tanggal 11 Februari 2015, hari dimana aku merasa bimbang untuk pulang ke rumah atau tidak. Inilah runtutan intaian bau kematian yang aku cium di tanggal itu.
1.     Mimpi
Aku bermimpi mengendarai motor sendirian (I have said, I always alone) dan tibalah aku di suatu tempat yang sangat gelap. Sangat gelap. Namun, begitu aku sampai di tikungan aku melihat papan Asmaul Husna 6 terakhir. Nama-nama Allah 6 yang terakhir adalah; Maha Pemberi Petunjuk, Maha Tiada Tandingannya, Maha Kekal, Maha Pewaris, Maha Pandai dan Maha Sabar. Entahlah aku tidak paham apa maksudnya, tapi aku tiba-tiba menjadi takut sekali.
gambar diambil dari sini
,
2.     Linglung
Tiba-tiba aku ingin pergi, sudah mandi sudah dandan tapi kemudian membatalkannya dengan alasan yang aku sendiri tidak tahu. Tidak satu kali, tapi seharian itu berkali-kali aku seperti itu. Sempat juga, tujuan awal ingin ke Perpustakaan tapi kemudian di tengah jalan aku merubah arah pergi ke selatan.
3.     Perkataan Temanku
Berhubung aku belum selesai skripsi, alhasil aku masih harus membayar registrasi kuliah. Nah, sewaktu di Bank aku bertemu sebagian teman (atau sebut saja, orang yang mengenal namaku) disitu aku berkata, “semoga ini adalah kali terakhir kita bertemu disini.” Maksud aku adalah Semoga semester depan kita sudah tidak membayar lagi. Lah dia malah jawab, “Lho, kamu mau mati, Guh?” jadi merinding aku.
4.     Bimbang
Sehabis Dzuhur aku bimbang, mau pulang atau tidak ya. Kalau tidak pulang, Aku sudah bilang ke murid-murid kalau “kamis ini” ada ulangan. Kalau pulang, aku kok takut ya. Akhirnya sekitar pukul 13.00 wib nan aku memutuskan pulang tanpa mandi, tanpa dandan terlebih dahulu. Cuma memakai celana training dan jaket.
5.     Situasi di Perjalanan
a.     Daerah Kendal, anginnya luar biasa kencangnya. Aku ambil lajur kanan sampai terseret-seret ke kiri. Begitu terus di kota Kendal, sampai aku ingin usul saja ganti slogan Kendal Beribadat jadi Kendal Berangin. Sudah hujan, anginnya juga besar sekali.
b.     Sampai di Batang, ketika aku hendak menyalip truk hampiiirrr sekali aku tabrakan sama mobil Kijang. Aku sampai merasakan sentuhan / hembusan semriwik angin dari mobil itu. Jantungku seperti mau copot. Aku posisi sudah full-gas, eh truk nya ngga mengurangi kecepatan dan mobil Kijangnya juga tidak mengurangi kecepatan. Padahal aku sudah melaksanakan SOP ketika posisi menyalip, kecepatan tidak ragu-ragu dan bunyikan klakson. Hufff, hampir.
c.      Masih di daerah Batang, aku hampir tersenggol truk yang tiba-tiba saja pindah lajur kiri. Untunglah, si kernet truk itu sadar dan memberitahu si supir setelah aku bunyikan klakson entah berapa puluh kali.
d.     Pekalongan kota. Kembali aku merasakan tiba-tiba ada hembusan angin kencang dari arah kanan. Hampir saja aku menabrak ibu-ibu yang sedang bersepeda.
e.     Brebes, tepatnya depan Toyota Luwungragi, ketika sudah dekat sekali dengan rumahku. Aku menyalip sebuah truk tronton dan sialnya aku melindas sebuah lubang yang kurang kerjaan (karena berada di tengah-tengah jalan), lubang itu dalam dan lebar. Biasanya, aku bisa mengendalikan situasi seperti itu, tapi tangan kananku lepas (bahasa jawanya mlosnong) gitu. Tinggal tangan kiri yang memegang setang dan si setang motorku bergerak tidak beraturan ke kanan dan ke kiri kira-kira sampai 4 kali dalam waktu yang begitu cepat. yaAllah, waktu itu aku sudah pasrah sepasrah-pasrahnya, jatuh dan terlindas tronton. Tapi, desshh,,,,,, tiba-tiba si motor kerenku kembali tenang. Aku pun langsung memasang lampu riting ke kiri dan menepi untuk sementara. Merenungi apa-apa saja yang terjadi seharian itu.
Aku ingat, kalau sebelum berangkat pulang (berangkat apa pulang nih?) aku lupa melakukan ritual baca doa Allahumma Antassalaam yang biasanya nggak lupa aku lakukan. Aku juga lupa do the Rossi, yaitu mengajak ngomong si motor “Jangan jatuh, Jangan Nabrak dan Jangan Ditabrak.” Apakah itu sebabnya? Entahlah, tapi menurut Pak Hadi, kalau sudah rutin melakukan sesuatu jangan sampai melupakan hal rutin itu.
gambar motor Mio ku yang baik hati & Keren


            Misalnya, kamu biasa menggembok roda depan motormu di parkiran supaya tidak hilang, lalu suatu hari kamu lupa melakukannya maka resiko hilang akan lebih terbuka. yaAllah, Antassalam..... runtutan kejadian di tanggal itu benar-benar membuatku takut. Semoga aku meninggal ketika sudah membuat orang tuaku benar-benar bangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D