*****
Aku adalah mahasiswa semester 7 dari suatu
institut negeri yang (katanya sih) tahun depan bakal jadi Universitas negeri.
Artinya, kalau sudah semester 7 itu adalah waktunya bagi mahasiswa untuk
menikah, eh, meeeeeenyusun skripsi. Tapi, ah enggak banget deh. Sripsi
itu apa gitu. Nggak ada penting-pentingnya. Apa coba pentingnya?
*****
Satu, skripsi yang sudah jadi tidak
jadi bahan bacaan APALAGI ACUAN. Skripsi hanya dibaca oleh anak-anak semester 7
keatas yang lagi mau mencari judul saja atau mau mencontek metode atau mau
dijadika previous research. Biasanya ada juga mahasiswa semester 5 yang
ikut-ikutan usel-uselan baca skripsi, eh ternyata cuma buat tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian.
*****
Dua, kalau aku perhatikan pas ujian,
dosen penguji nggak benar-benar membacanya secara utuh. Mereka “terjebak” dalam
pemikiran mereka yang beranggapan bahwa “SAYA SUDAH LEBIH DARI PINTAR, DENGAN
HANYA MEMBACANYA SATU KALIMAT SAJA MAKA SAYA SUDAH MENGERTI KESELURUHNNYA”. Dan
untuk mensupport gagasan pribadinya itu, mereka selalu nggak mau mengalah.
Mereka sudah dibekali ilmu kanuragan dari nenek moyangnya (dosen pengujinya
dosen penguji waktu masih kuliah) berupa ilmu MUTER-MUTERIN gagasan.
*****
Tiga, sudahlah. Skripsi itu hanya
sekumpulan tulisan sialan yang nggak ada gunanya. Mending kelulusan mahasiswa
jangan lagi menulis skripsi. Saya setuju kalau menulis jurnal gitu yang lebih
manfaat. Atau mengadakan penelitian yang benar-benar penelitian. Atau mending
diadakan UAU (Ujian Akhir Universitas) daripada skripsi. Oke? Sekian.
gmbr diambil dari sini |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MINTA KOMENTARNYA, GAN :D