Kartun Cinta *unsource |
Akhir-akhir ini aku rasa hubunganku denganmu semakin menjauh saja.
Tak ada lagi keromantisan-keromantisan yang terasa seperti saat awal hubungan
kita dulu. Jenuh, kemungkinan sebab itu hubungan ini menjadi terasa hambar,
tidak menarik dan begitu-begitu saja. Di awal jalinan hubungan, kita begitu
nyambung dalam segala hal. Kita mampu bertahan berjam-jam hanya untuk
membicarakan hal yang sangat dan teramat tidak penting. Kita bisa bertahan
menertawakan hal yang sebenarnya adalah lucu hanya untuk kita berdua. Nyambung,
ya... kita tetap nyambung dengan ketidakjelasan obrolan kita. Tapi sekarang,
aku harus mengulangi berkali-kali hanya untuk menyampaikan satu kalimat saja.
Berbicara denganmu sudah tidak lagi menjadi sebuah hiburan bagiku, karena rasanya
lelah untuk terus mengulangi kalimat yang sama. Kamu sudah tidak bisa mengingat
kata-kataku lagi seperti saat dulu kamu begitu mudahnya mengingat kalimat per
kalimat yang keluar dari mulutku..
Perasaan lelah ini selalu muncul setiap kali aku pergi berdua
denganmu. Apakah hubungan aneh ini harus terus dipertahankan atau harus kita
bunuh saja? supaya tidak berkembang menjadi lebih aneh lagi. Aku juga sudah
lelah untuk mencari sebuah inovasi dalam menjalin hubungan ini karena semua
cara itu sudah basi di matamu. Hubungan, sebentar sebentar, apakah aku
berhubungan denganmu? Bukankah kita bertahan bertahun lamanya hanya untuk
hubungan tanpa nama? Sebenarnya aku ini apa untukmu. Apa namaku bagimu ?
kekasih? Pacar? Teman baik? Atau apa aku pun tak tahu. Tiga tahun bagiku adalah
waktu yang sangat lama kamu mendiamkan kalimat I Love You ku.
Kamu dan Rumahmu *dok pribadi |
Perasaan lelah ini bertambah kuat semakin dengan tidak tegasnya kamu
terhadap dirimu sendiri. Benarkah kamu sayang aku, atau aku hanya pelarianmu
saja? Kamu jujur waktu itu, bilang kamu pun tidak tahu. Sehari berikutnya kamu
jujur, kamu tidak mencintaiku tapi kamu sayang aku. Aku putuskan untuk pergi,
kamu menerima. Tapi, kenapa kamu kembali lagi? Pola seperti ini berulang dan
terus berulang. Kamu pergi, datang, pergi lagi. Sebenarnya aku ini apa untukmu?
Pergi ketika bosan, pulang setelah bosan dengan kebosananmu. Bukankah aku sudah
seperti rumah? Bukankah kekasih yang terbaik adalah kekasih yang seperti rumah
bagi penghuninya?
Aku selalu berpikir ketika kamu pergi, hanyalah sekedar untuk
bermain-main. Ketika kamu lelah setelah bermain, maka kamu akan pulang
kepadaku, rumahmu. Tapi, selalu waktu kepergianmu jauh lebih lama ketimbang
waktu kepulanganmu. Kenapa tidak pulang saja lalu tidak pergi-pergi lagi wahai
penghuniku? I suggest youto listen Hamburg Song from Keane atau kamu bisa membaca bukunya Raditya Dika yang Manusia Setengah Salmon. Dua hal itu berguna bagimu untuk memahami kaitan rumah dengan cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MINTA KOMENTARNYA, GAN :D