Hari ini adalah hari dimulainya Ujian Tengah Semester (UTS)
di Sekolah saya. Dan kebetulan, saya menjadi salah satu dari pengawas Ujian. Seperti
biasa, mencontek masih menjadi primadona bagi anak-anak ketika sedang
mengerjakan soal-soal ujian tersebut. Tidak peduli seberapa ketat saya
mengawasi, tetap saja ada satu celah yang bisa mereka manfaatkan untuk
mencontek.
Dilarang meniru adegan ini ! |
Ketika tahu mereka mencontek paling banter saya hanya menegur
bahkan lebih sering memaklumi. Beda dengan jaman saya sekolah dulu, ketika ketahuan
mencontek pastilah lembar jawaban anak tersebut bakal disobek-sobek atau
minimal dijewer bahkan ditampar. Bukan apa-apa, menjadi guru di tahun 2010
kesini memang susah. Orang tua murid sekarang pada main lapor polisi dengan
dalih kekerasan fisik. Kalau dulu saya dijewer guru, kemudian saya cerita ke
orang tua, pastilah saya sendiri yang bakal kena marah tambahan dari orang tua.
Karena mereka menilai saya memang berbuat salah. Sedangkan orang tua jaman
sekarang, pada ngga mau tahu sebab apa yang membuat anaknya dijewer atau
ditampar, mereka langsung saja melaporkan hal tersebut ke kepolisian.
Maka dari itu, siswa-siswi jaman sekarang menjadi manja,
berani dalam arti negatif dan seenak sendiri. Penugasan tidak pernah
dikerjakan, kerja kelompok tidak dituntaskan, pelajaran tidak diperhatikan dan
masih banyak lainnya. Tapi anehnya, ketika hendak Ujian Nasional, mereka
menjadi pada pandai berakting. Nangis-nangis minta maaf ke jajaran pengajar,
minta didoakan supaya lulus dan kembali melupakan kami setelah mereka lulus. Intinya,
keberadaan guru baru dianggap setiap mereka mau Ujian Nasional saja.
Kembali ke UTS. Nampaknya metode mencontek anak-anak sekolah
belum ada perkembangan secara signifikan. Karena ternyata, cara mereka
mencontek masih sama dengan cara mencontek anak-anak di jamanku dulu. Kode-kodenya
pun masih sama seperti itu, antara; sssst ssttt, bicara tanpa suara, tukar
lembar jawaban, melihat dari belakang, melempar kertas dengan hanya ada tulisan
angka.
Saya sempat mengajukan cara untuk menghindari contek
percontekan. Yaitu dengan cara Oral Test, yaitu sistem ujiannya maju satu
persatu di meja guru, ah kalian pasti sudah tahu bagaimana. Bisa juga dengan
sistem tempat duduk, dimana satu ruang ujian tidak ada kursi yang
berhadap-hadapan. Alias, semua peserta ujian menghadap ke arah tembok. Tapi ya
itulahm resistensi dari anak-anak sangat besar terhadap ideku ini. Akhirnya ya
sudahlah, tetap pada metode konvensional yang itu-itu saja dan outputnya akan
begitu-begitu terus... J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MINTA KOMENTARNYA, GAN :D