Senin, 06 Oktober 2014

Anak Sekolah Jaman Sekarang

Hari ini adalah hari dimulainya Ujian Tengah Semester (UTS) di Sekolah saya. Dan kebetulan, saya menjadi salah satu dari pengawas Ujian. Seperti biasa, mencontek masih menjadi primadona bagi anak-anak ketika sedang mengerjakan soal-soal ujian tersebut. Tidak peduli seberapa ketat saya mengawasi, tetap saja ada satu celah yang bisa mereka manfaatkan untuk mencontek.

Dilarang meniru adegan ini !

  
Ketika tahu mereka mencontek paling banter saya hanya menegur bahkan lebih sering memaklumi. Beda dengan jaman saya sekolah dulu, ketika ketahuan mencontek pastilah lembar jawaban anak tersebut bakal disobek-sobek atau minimal dijewer bahkan ditampar. Bukan apa-apa, menjadi guru di tahun 2010 kesini memang susah. Orang tua murid sekarang pada main lapor polisi dengan dalih kekerasan fisik. Kalau dulu saya dijewer guru, kemudian saya cerita ke orang tua, pastilah saya sendiri yang bakal kena marah tambahan dari orang tua. Karena mereka menilai saya memang berbuat salah. Sedangkan orang tua jaman sekarang, pada ngga mau tahu sebab apa yang membuat anaknya dijewer atau ditampar, mereka langsung saja melaporkan hal tersebut ke kepolisian.
Maka dari itu, siswa-siswi jaman sekarang menjadi manja, berani dalam arti negatif dan seenak sendiri. Penugasan tidak pernah dikerjakan, kerja kelompok tidak dituntaskan, pelajaran tidak diperhatikan dan masih banyak lainnya. Tapi anehnya, ketika hendak Ujian Nasional, mereka menjadi pada pandai berakting. Nangis-nangis minta maaf ke jajaran pengajar, minta didoakan supaya lulus dan kembali melupakan kami setelah mereka lulus. Intinya, keberadaan guru baru dianggap setiap mereka mau Ujian Nasional saja.
Kembali ke UTS. Nampaknya metode mencontek anak-anak sekolah belum ada perkembangan secara signifikan. Karena ternyata, cara mereka mencontek masih sama dengan cara mencontek anak-anak di jamanku dulu. Kode-kodenya pun masih sama seperti itu, antara; sssst ssttt, bicara tanpa suara, tukar lembar jawaban, melihat dari belakang, melempar kertas dengan hanya ada tulisan angka.

Saya sempat mengajukan cara untuk menghindari contek percontekan. Yaitu dengan cara Oral Test, yaitu sistem ujiannya maju satu persatu di meja guru, ah kalian pasti sudah tahu bagaimana. Bisa juga dengan sistem tempat duduk, dimana satu ruang ujian tidak ada kursi yang berhadap-hadapan. Alias, semua peserta ujian menghadap ke arah tembok. Tapi ya itulahm resistensi dari anak-anak sangat besar terhadap ideku ini. Akhirnya ya sudahlah, tetap pada metode konvensional yang itu-itu saja dan outputnya akan begitu-begitu terus... J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA, GAN :D